i gusti arya buda nugraha
19112387
4KA41`
Amerika
Latin merupakan kawasan kultural terbesar di dunia dengan luas area sebesar
20,5 juta kilometer persegi. Luas tersebut lebih dari dua kali lipat luas
wilayah Amerika Serikat. Amerika Latin juga merupakan kawasan dengan rentang
latitudinal terbesar diantara berbagai kawasan di dunia yang terbentang dari
32 lintang utara hingga 56 lintang selatan. Oleh karenanya kawasan
tersebut memiliki keragaman ekologi karena meskipun secara umum beriklim
beriklim tropis tetapi juga terdapat pengaruh dari garis katulistiwa yang
membentang melewati kawasan ini sehingga terdapat keragaman fisiografi, iklim,
vegetasi, fauna, karakter tanah dan kandungan mineral dalam kawasan tersebut.
Istilah
Amerika Latin mulai digunakan pada abad ke 19 untuk menyebut kawasan di selatan
negara Amerika Serikat, dikarenakan kawasan tersebut dipengaruhi oleh bahasa
dan budaya Roma. Hal ini disebabkan karena budaya dan bahasa tersebut dibawa
oleh orang-orang Spanyol, Portugis, dan Perancis dari Eropa yang datang ke
wilayah Amerika Selatan sejak abad ke 16 (http://www.historyworld.net). Oleh sebab
itu budaya dan bahasa yang mayoritas digunakan adalah bahasa Spanyol, Portugis,
dan Perancis.
Karakter
Geografis
Secara
geografis, Amerika Latin memiliki banyak keistimewaan. Seperti pegunungan Andes
dimana merupakan barisan pegunungan tertinggi di dunia dimana membentang sejauh
7000 kilometer. Di Amerika Latin juga terdapat Sungai Amazon, sungai terbesar
di dunia dimana juga merupakan sungai dengan volume, arus, dan jalan air
terbesar di dunia. Air terjun terbesar dengan volume terbanyak terletak di
Amerika Selatan. Dua dari tiga air terjun tertinggi di dunia terdapat di
dataran tinggi Guiana, dan lima dari tujuh air terjun dengan volume terbesar di
dunia berada di dataran tinggi Brazil. Meskipun potensi tenaga air di Amerika
Latin masih lebih rendah daripada di Asia, namun seperlima dari potensi tenaga
hidroelektrik terdapat di Amerika Latin. Amerika Latin juga memiliki kekayaan
fauna yang meskipun masih kalah oleh keragaman fauna di Afrika, namun di
Amerika Latin terdapat berbagai macam spesies burung dan kompleksitas famili
mamalia. Region fauna Amerika Latin termasuk dalam Neotropical Zoological Realm
yang mencakup Amerika Latin kecuali dataran tinggi Brazil bagian utama dan
tengah serta kepulauan Bahama.
Amerika
Latin memiliki proporsi kawasan dengan hutan terbesar di dunia, yakni hampir
setengah dari seluruh kawasan di Amerika Latin merupakan kawasan hutan. Kawasan
Amazon dan dataran tinggi Guiana merupakan kawasan hutan hujan tropis terbesar
di dunia. Amerika Latin juga merupakan kawasan dengan hutan terbesar di dunia,
yaitu seperempat dari total hutan di dunia. Akan tetapi hanya sepertiga dari
luas hutan tersebut yang produktif secara ekonomis yang mengakibatkan Amerika
Latin menjadi importir produk perhutanan. Selain itu reduksi kawasan hutan
terjadi secara signifikan sejak tahun 1990an terutama di kawasan Amerika
Selatan dan Mexico.
Amerika
Latin memiliki beberapa keunikan dalam hal iklim. Beberapa kawasan pantai dan
dataran rendah di Amerika Latin tercatat dalam rekor dunia dimana hanya
memiliki perbedaan temperatur sebesar 13 antara suhu terendah dan
tertinggi. Kawasan terkering di dunia terdapat di gurun Peruvian-Antacama
terutama di sebelah utara Chile, namun daerah selatan Chile merupakan kawasan
terbasah di dunia dimana hujan turun sepanjang tahun.
Kawasan
Amerika Latin rutin mengalami bencana alam yang bersifat destruktif. Gempa bumi
dengan frekuensi yang besar sering terjadi di tepi selatan kawasan tersebut.
Lebih dari 50 gunung berapi yang masih berstatus aktif juga terdapat di kawasan
tersebut, merupakan seperempat dari total jumlah gunung berapi aktif di seluruh
dunia. Angin topan seringkali muncul di Karibia dan pantai Pasifik di Mexico.
Tanah longsor terbesar pernah terjadi di kawasan Andean, Peru.
Karakter
Populasi
Populasi
dan pola masyarakat di Amerika Latin juga tergolong unik. Amerika Latin
merupakan satu-satunya kawasan di dunia dimana pertumbuhan penduduknya lebih
tinggi daripada rata-rata pertumbuhan penduduk dunia. Pertumbuhan penduduk
terbesar terjadi di sisi utara Amerika Tengah dan Amerika Selatan Andean
(Andean South America). Pertumbuhan penduduk paling lambat terjadi di Argentina
dan Uruguay yang diikuti oleh Chile, Antilles, Brazil dan beberapa negara kecil
yang lain. Kawasan yang berpotensi untuk meningkatkan populasi adalah
negara-negara yang memiliki tingkat kematian yang tinggi, seperti Haiti.
Struktur
usia penduduk di Amerika Latin secara general menunjukkan karakter kawasan
tersebut sebagai kawasan yang terbelakang (underdeveloped) dimana proporsi
penduduk usia muda lebih tinggi dibandingkan proporsi penduduk usia tua. Rasio
dependensi (proporsi penduduk usia muda dan tua terhadap penduduk usia
produktif) sangat tinggi serta hanya dua perlima dari total jumlah penduduk
tergolong aktif secara ekonomi, dimana menambah beban ekonomi kawasan tersebut.
Akan tetapi angka kematian di kawasan ini merupakan yang terendah dan merupakan
populasi dengan tingkat harapan hidup tertinggi diantara kawasan terbelakang
(underdeveloped) yang lain). Selain itu, masih terdapat kesenjangan tingkat
kehidupan yang cukup signifikan di kawasan tersebut.
Komposisi
masyarakat Amerika Latin memiliki keunikan tersendiri, dimana ia tersusun atas
beberapa kelompok ras yang berbeda, yaitu orang asli Indian, orang kulit putih
Eropa, dan orang kulit hitam Afrika, dan yang paling mendominasi adalah
Mestizo, keturunan dari pasangan orang Indian dan kulit putih Eropa. Orang
kulit putih Eropa datang dan menetap di Amerika Latin ini pada masa kolonisasi
Spanyol dan Portugis pada abad 16. Sementara itu orang-orang Afrika yang berada
di Amerika Latin ini pada umumnya dibawa oleh orang-orang kulit putih Eropa
yang datang ke Amerika Selatan sebagai budak.
Di
lihat dari tingkat densitas, Amerika Latin merupakan wilayah yang tidak terlalu
padat penduduknya. Dari total luas wilayah yang hampir mencapai 18 juta km2,
jumlah penduduk yang di data oleh World Bank adalah sebanyak 582,6 juta jiwa,
dengan pertumbuhan penduduk hanya sebesar 1% tiap tahunnya (http://web.worldbank.org).
Hal ini menunjukkan bahwa Amerika Latin bukanlah sebuah wilayah yang padat
penduduknya.
Mayoritas
orang asli Indian tinggal di daerah pedesaan sementara orang-orang Eropa
tinggal di kota-kota besar. Perpaduan antara pengaruh masyarakat Indian lokal
dengan pengaruh asing menyebabkan beragamnya kebudayaan yang ada di Amerika
Latin. Pengaruh orang Eropa terutama Spanyol dan Portugis dapat dilihat mulai
dari hasil seni, arsitektur, hingga gaya hidup yang masih terbawa hingga saat
ini. Misalnya adalah gaya cowboy yang ada di Mexico. Disamping itu gaya
hidup yang diperkenalkan adalah melalui bahasanya serta agama yang dibawa,
yaitu Katolik Roma, yang pada saat itu cenderung dipaksakan pada masyarakat
lokal (http://geography.howstuffworks.com).
Sementara itu orang-orang kulit hitam membawa kebudayaan yang berbeda pula
dengan statusnya sebagai budak. Mereka memperkenalkan banyak jenis karya seni,
tarian, dan musik. Pengaruh kebudayaan orang kulit hitam terlihat jelas di
Brasil, Kuba, dan Haiti hingga saat ini. Orang Afrika tersebut memperkenalkan
budaya juga sebagai bentuk adaptasi mereka dengan kebudayaan lokal Amerika,
dimana proses adaptasi tersebut kemudian disebut sebagai creolization (http://www.aaregistry.org).
Sedangkan orang Indian sendiri meski banyak dipengaruhi oleh banyak kebudayaan
asing yang masuk, tetap dapat mempertahankan kebudayaan aslinya. Mereka yang
tetap bertahan dengan kebudayaan asli itu adalah para petani yang umumnya
tinggal di wilayah pedesaan. Mereka tetap berbicara dengan bahasa asli Indian,
dengan hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki pengetahuan
mengenai bahasa asing yang masuk. Pada awal masuknya penjajah Eropa yang
membawa budaya dan bahasa Eropa ke wilayah Amerika Latin, kebudayaan asli
Indian dan orang-orang kulit hitam Afrika menjadi minoritas. Akan tetapi
setelah abad ke 19, kebudayaan mereka mulai mendapatkan apresiasi (http://geography.howstuffworks.com).
Hal
yang menarik lain dari masyarakat di kawasan ini adalah banyaknya aksi-aksi
pemberontakan di beberapa negara. Banyaknya pemberontakan di kawasan ini tidak
lepas dari “kesalahan” bangsa Spanyol yang telah menjajah kawasan tersebut
dalam kurun waktu yang cukup lama, tanpa membekali ilmu mengenai tata cara
pengelolaan negara yang baik. Hasil dari hal tersebut adalah banyak munculnya caudillos,
atau pemimpin dari masyarakat, yang nantinya memimpin beberapa kelompok untuk
memberontak kepada pemerintahan, yang dinilai tidak efektif dalam menjalankan
tugasnya. Salah satu contoh dari caudillos tersebut adalah Fidel Castro
dan Ernesto “Che” Guevarra, yang memimpin masyarakat Kuba dalam melawan dan
menggulingkan rezim kepemimpinan Batista.
Selain
itu, isu tentang demokrasi dan demokratisasi merupakan topik hangat yang sering
dibicarakan mengenai kawasan selatan negara Amerika Serikat ini. Negara-negara
di kawasan Amerika Latin banyak yang menganut paham sayap kiri, yang pada
dasarnya bertentangan dengan Amerika Serikat. Hugo Chavez, Evo Morales, Fidel
Castro, dan Raul Castro adalah beberapa tokoh yang berasal dari Amerika Latin,
yang cukup terkenal di dunia ini. Hal ini disebabkan karena para tokoh tersebut
memiliki pengaruh yang cukup kuat di negara asal masing-masing tokoh tersebut,
serta mereka memiliki pemikiran yang berseberangan dengan Amerika Serikat. Oleh
karenanya, tidak jarang beberapa negara di kawasan Amerika Latin memiliki
masalah dengan negara-negara barat, terutama Amerika Serikat, terkait dengan
perbedaan ideologi tersebut.
Amerika
Latin dan Globalisasi
Sejak tahun 1970, bangsa Amerika Latin mulai mencoba untuk melakukan
restrukturisasi di bidang ekonomi. Di tahun tersebut, Chile, merupakan negara
pelopor di kawasan Amerika Latin, yang melakukan perubahan struktur ekonomi,
dari terpusat menjadi market oriented (Teichman, 2001). Hal ini
merupakan bukti bahwa negara-negara di sebelah selatan negara Amerika Serikat
ini mulai memasuki era globalisasi, terutama di bidang ekonomi. Tahapan awal
yang terjadi di kawasan tersebut adalah menciptakan kawasan yang berorientasi
pada pasar, dengan harapan akan muncul aktor-aktor yang kompetitif, yang akan
membawa pengaruh yang positif terhadap perekonomian setiap negara di kawasan
tersebut. Setelah itu, banyak pemerintah dari negara-negara lain di kawasan ini
yang mengikuti “resep” tersebut, yang ditandai dengan banyaknya reformasi struktural
yang dilakukan terkait dengan kegiatan perekonomian negara, seperti
liberalisasi dan privatisasi. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menumbuhkan
dan meningkatkan sifat kompetitif di sektor ekonomi, yang nantinya akan
memberikan pertumbuhan ekonomi yang masiv serta meningkatkan kemakmuran setiap
warga.
Sayangnya, mayoritas dari masyarakat di kawasan Amerika Latin belum siap dalam
memasuki globalisasi ekonomi tersebut. Sebagai indikasi adalah banyaknya
“aturan main” yang tidak ditepati oleh aktor-aktor yang bermain di dalam
perekonomian negara. Salah satu “aturan main” tersebut adalah kebebasan dalam
persaingan bisnis. Di beberapa negara, seperti Meksiko dan Argentina, trend
globalisasi ekonomi yang terjadi adalah banyaknya konglomerat yang muncul, yang
membeli sejumlah sektor publik, dan menjadikannya keuntungan bagi pihaknya
sendiri. Sehinga, yang terjadi adalah konglomerat-konglomerat tersebut (atau
korporasi-korporasi yang ada) seakan-akan “membeli” pemerintah, dan mereka
mampu menggunakan uang yang dimilikinya untuk membiayai sejumlah urusan politik
demi mencapai keuntungan ekonomi (Teichman, 2001). Hal ini mengakibatkan tidak
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang sehat, melainkan justru mengakibatkan
tidak terciptanya persaingan-persaingan yang sehat dalam ekonomi, yang kemudian
mengakibatkan gagalnya proses globalisasi ekonomi tersebut.
Hal itulah yang mengakibatkan terjadinya dampak yang kurang baik atas proses
globalisasi ini di kawasan Amerika Latin. Hanya terdapat beberapa aktor saja
yang mampu menikmati “buah” daripadanya, sementara mayoritas dari warga tidak
mendapatkan peningkatan yang signifikan, terutama di bidang ekonomi.
Kawasan Amerika Latin pada dasarnya merupakan kawasan yang kaya akan SDA.
Sayangnya, negara-negara di kawasan tersebut memiliki masalah yang sama, yaitu
pengelolaan negara yang kurang baik, sehingga mayoritas masyarakat Amerika
Latin hanyalah seperti beggar on top of a gold mountain. Selain
dikarenakan banyaknya masalah pemberontakan, pemerintahan yang korup juga ikut
menyumbang peran atas terjadinya hal tersebut. Oleh karenanya, kawasan yang
kaya akan SDA tersebut, hingga di era globalisasi seperti saat ini, masih
memiliki banyak masalah, terutama di bidang ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar